Rabu, 12 Agustus 2009

Bobby Fischer, si bocah jenius Amerika


Dia dikenal sebagai “anak genius” Amerika, penyendiri yang cemerlang otaknya dan eksentrik yang menjadi juara catur dunia pada umur 29 tahun dan membangkitkan kegemaran bermain catur di Amerika Serikat.
Robert James Fischer pada masa kanak-kanaknya disebut Bobby Fischer, dilahirkan di kota Chicago pada tanggal 9 maret 1943. Ia mulai belajar bermain catur pada umur 6 tahun dari kakak perempuannya Joan. Bakat catur memang dimiliki nyata sekali dari perkembangannya yang sangat pesat.
Ia menjadi juara junior Amerika Serikat pada umur 13 tahun. Satu tahun kemudian ia memenangkan kejuaraan senior Amerika Serikat dan berhakbermain dalam interzonal 1958 di Bad Portoroz, dimana ia berhasil menetapkan diri dalam pertarungan kandidat tahun berikut. Dengan demikian ia memperoleh gelar grandmaster pada umur 15 tahun, merupakan grandmaster tyang termuda dalam sejarah FIDE (Persatuan Catur Seluruh Dunia).
Pada umur 16 tahun Fischer meninggalkan bangku sekolah lanjutan atas untuk menjadi pemain profesional.
Dalam tahun 1959 ia menduduki tempat ke-3 terjadi di Mar Del Plata dan Zurich dan dalam turnamen kandidat ia hanya berhasil menempatkan dirinya pada tempat 5/6 di belakang bintang Mikhael Tal. Tahun 1960 menghasilkan juara pertama bagi Fischer di Mar Del Plata, Reykjavik, dan kejuaraan Amerika Serikat. Tetapi pula kepahitan tempat ke-13 di Buenos Aires dimana ia dihadapkan tantangan yang sangat kuat.
Mulai tahun 1961 ia menanjak lagi antara lain di Bled tempat ke-2 dimana ia dihadapi kawartet Rusia, yakni Tal, Petrosian, Keres, dan Geller dengan hasil gemilang 3⅟₂ dari 4 partai yang dimainkan. Tournamen kandidat 1962 di Curacao mengecewakan Fischer dengan tempat ke-4 dan ia melancarkan protes terhadap permainan kongkalingkong pemain Rusia. Fischer memenangkan lagi tempat pertama dengan keunggulan hebat di Vincovci 1968, tanpa mengalami kekalahan dengan skor 9 menang, 4 remis. Lantas di Zagreb dan Buenos Aires pada tahun 1970 dan akhirnya suatu usul yang memberikan kesempatan baik baginya diterima dalam kongres Siegen 1970. Dengan 3⅟₂ point keunggulan Fischer memenangkan antarzonal di Palma de Mallorca 1970 dan berhak maju ke pertarungan kandidat.
Dalam dwitarung kandidat berikutnya Fischer membabat GM Taimanov dari Uni Soviet dengan skor 6 – 0, kemudian juga GM Larsen dari Denmark dengan skor yang sama!
Petrosian merupakan penghalang terakhir dalam final di Buenos Aires 1971 dapat berbuat lebih banyak, tetapi pula dapat disapu pula dari papan dengan skor 6⅟₂ - 2⅟₂. Tidak disangkal lagi Fischer tampil sebagaipanantang yang ditakuti juara dunia Boris Spassky.
Maka tibalah kita pada puncak kegemilangan yang menghebohkan: Dwitarung Fischer – Spassky di Reykjavik 1972hampir saja gagal karena berbagai macam protes yang kebanyakan dilancarkan Fischer terhadap penerangan ruang, papan dan buah catur, kursi yang khusus diterbangkan dari New York, baris penonton yang harus dikosongkan sekitar papan, tidak boleh membawa catur saku masuk kedalam ruangan, tidak boleh merokok dan berisik menyangkut alat proyektor film sampai ke persoalan hadiah. Delegasi Soviet yang hendak membantu Spassky ikut membuat keadaan menjadi lebih rumit.
 Berkat turun tangannya ketua FIDE pada waktu itu professor M. Euwe dan dalam bidang keuangan Bankir inggris Jim Slater yang menyumbangkan dan $50.000 tambahan pada dana hadiah, dwitarung itu diselesaikan juga sekalipun Fischer dikalahkan pada partai pertama dan menghadiahkan walk over pada Spassky pada partai kedua , berakhir dengan 12⅟₂ - 8⅟₂ untuk kemenangan Fischer! Sewaktu menjadi juara dunia Fischer dalam kegirangannya akan bermain sesering mungkin dalam berbagai tournamen. Tetapi dalam kenyataannya ia tidak bermain satu partai pun dalam tiga tahun berikutnya. Selanjutnya Fischer tidak bersedia mempertahankan gelarnya sekalipun ada tawaran hadiah sebesar US$ 5 juta, dengan alasan tidak menyetujui persyaratan FIDE mengenai kejuaraan dunia. Yang terpenting terpenting diantara tuntutan Fischer dalam suatu dwitarung kejuaraan dunia, penantang harus memenangkan 10 parta, sedangkan juara bertahan tinggal tetap juara jika ia berhasil menang dalam 9 partai, remis tidak dihitung sama sekali. Ketidak adilan terasa pada kedudukan 9 – 9 dimana juara bertahan yang menyamai kedudukan itu tinggal tetap juara. Dengan kata lain, penantang baru bisa merebut mahkota juara dunia dengan selisih paling sedikit dua angka (umpamanya 10 – 8).
FIDE tidak menyetujui persyaratan demikian dan tetap menghendaki baik penantang maupun juara bertahan merebut angka 10.
Fischer pada saat itu tidak bersedia bertanding dan FIDE memindahkan mahkotanya tanpa pertarungan ke Karpov dalam 1975.
Sekalipun banyak yang merasa tidak senang dengan ulah Fischer, namun sejumlah Grandmaster mengaguminya karena dia berhasil melancarkan perbaikan nasib dalam bentuk pemasukkan uang hadiah yang meningkat secara mencolok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar